Peningkatan Jumlah Guru Besar di UPI
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) baru saja mengukuhkan 12 guru besar dalam rangkaian kegiatan yang berlangsung selama dua hari, yaitu dari Selasa, 4 November hingga Rabu, 5 November 2025. Dengan penambahan ini, jumlah guru besar di UPI kini mencapai 240 orang, atau sekitar 14,6 persen dari total dosen yang terdiri dari sekitar 1.600 orang.
Pencapaian ini menunjukkan bahwa UPI telah melampaui target nasional sebesar 10% untuk jumlah guru besar. Namun, pihak universitas tetap berkomitmen untuk terus meningkatkan jumlah tersebut. Rektor UPI, Prof. Didi Sukyadi, menyatakan bahwa meskipun target sudah tercapai, mereka ingin memiliki lebih banyak guru besar lagi. Hal ini dilakukan karena semakin banyaknya guru besar akan semakin memperkuat pohon dan ranting keilmuan yang dimiliki oleh UPI.
Strategi untuk Memperkuat Ekosistem Riset dan Inovasi
Didi menjelaskan bahwa penambahan jumlah guru besar bukan hanya sekadar capaian administratif, tetapi juga merupakan langkah strategis untuk memperkuat ekosistem riset dan inovasi kampus. Dengan semakin banyaknya guru besar, maka laboratorium riset akan tumbuh, publikasi ilmiah akan meningkat, serta produk ilmiah seperti paten, prototipe, dan merek dagang juga akan bertambah.
Keberadaan guru besar sangat penting dalam menciptakan atmosfer akademik yang produktif. Mereka juga berperan dalam melibatkan lebih banyak mahasiswa dalam penelitian, serta mendorong kolaborasi lintas disiplin. Didi berharap semakin banyak mahasiswa yang terlibat dalam riset dosen, baik dalam bentuk publikasi, kewirausahaan, maupun pengembangan produk.
Keterlibatan Mahasiswa dalam Riset
Para guru besar yang baru dikukuhkan berasal dari berbagai fakultas, termasuk Fakultas Ilmu Pendidikan, Fakultas Pendidikan Ilmu Olah Raga dan Kesehatan, serta Sekolah Pascasarjana. Topik-topik riset yang mereka usung beragam sesuai dengan kepakaran masing-masing. Meski begitu, sebagian besar dari mereka tetap berakar pada bidang pendidikan, sejalan dengan jati diri UPI sebagai universitas berbasis kependidikan.
Didi juga berharap kehadiran guru besar baru dapat mendorong peningkatan keterlibatan mahasiswa dalam riset, publikasi, dan kewirausahaan. Hal ini diharapkan berdampak positif pada prestasi UPI di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).
Isu Dana Penelitian dari Pemerintah
Di sisi lain, Didi menyampaikan kekhawatiran terkait potensi penurunan dana penelitian akibat efisiensi. Menurutnya, pendapatan kampus masih stagnan, sedangkan kebutuhan riset dan jumlah peneliti terus meningkat. “Mahasiswa memang bertambah, tapi pendapatan kampus tidak naik secara linier. Kami masih menunggu informasi resmi apakah dana riset dari kementerian akan turun atau tidak,” ujar Didi.
Selama ini, dana penelitian UPI berasal dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) dan pendanaan internal universitas. Namun, dana internal belum bisa ditingkatkan secara signifikan. Didi berharap, meski ada efisiensi, dana riset yang diluncurkan oleh Kementerian Sains dan Teknologi ke perguruan tinggi tidak berkurang. Justru, ia berharap dana tersebut bertambah agar lebih banyak dosen dan produk riset yang dihasilkan.
Perjalanan Panjang Akademisi UPI
Sementara itu, Ketua Dewan Guru Besar UPI, Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M.Hum., menambahkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari perjalanan panjang para akademisi UPI. “Mencapai jabatan guru besar bukan pekerjaan mudah. Ini perjalanan karier yang panjang, dimulai sejak menjadi dosen muda hingga menata kiprah akademik, riset, dan publikasi ilmiah,” ujar Dadang.
Ia berharap kehadiran guru besar baru menjadi inspirasi bagi seluruh civitas akademika untuk terus meningkatkan kualitas riset, pengabdian, dan inovasi bagi masyarakat. “Semoga pengukuhan ini menjadi semangat baru untuk memperkuat peran UPI dalam memajukan ilmu pengetahuan dan pendidikan di Indonesia,” tutupnya.
